"Masyarakat Indonesia itu memang suka yang multikulturalisme kali ya. Ngerti ga ngerti bahasanya, asal tampang ganteng. Langsung sikat"
Itu dia komentar salah satu aktris Indonesia waktu ditanya soal kesuksesan drama Korea di Indonesia. Komentar yang bisa dibilang bodoh. Pertama, karena enggak ngerti arti kata multikulturalisme. Jelas kata itu ga ada sangkut pautnya kita suka tampang ganteng ato enggak. Kedua, emak gw aja bisa langsung nyaut "pantesan aja itu anak2 muda yang ngerasa dirinya cakep langsung jadi artis. modal tampang ga bisa akting. mentang-mentang kalo artis dipikir langsung tajir. mending juga liat Emak naik haji. bermutu biar ga ada yang cakep. bagus lagi muatan islaminya".
You got it, Mom!!!
Berhubung diri sendiri penggemar sinetron asia yang produsennya entah dari Cina, Korea atau Jepang, tak kasih tau ya kenapa drama-drama mereka booming di Indonesia. Tentu aja dibanding dengan sinetron Indonesia.
1. Jumlah episodenya ga panjang.
Jepang dengan kejam cuma membatasi sekitar 10-15 episode. Cerita panjang cuma ada di taiga drama alias film drama sejarah yang jumlahnya bisa diitung pakai jari tiap tahun.
Korea membagi sinetronnya menjadi 3. Drama pagi yang kurang ajar panjangnya sekitar 100an meski patut dicatat itu durasinya cuma setengah jam. Drama kolosal yang berkisar antara 60-70 episode, kayak Dae Jang Geum. Trus sinetron prime time yang slotnya masih dibagi jadi dua. Sinetron yang slotnya berkisar angkat 30 dan 20an.
2. Tampang emang penting, tapi cerita juga ga kalah penting.
Jangan salahin tampang artis luar yang emang keren untuk menjustifikasi sinetron indonesia yang melempem. kalau dilihat artis jaman sekarang, gw akuin kok kalo tampang artis kita oke punya. Gw selalu kekeuh menganggap Zumi Zola, Darius Sinatrya, Tora Sudiro ama Nicolas Saputra itu cakep. Artis cewek kita juga begitu kok. Banyak yang cakep, seperti penuturan adek dan temen2 cowok gw. Bedanya, itu sinetron Indonesia suka ngelantur ceritanya. Mari kita ambil contoh Tersanjung dan Cinta Fitri. Itu dua sinetron booming banget di awal penayangannya. tapi begitu serial itu dipanjangin ampe hitungan tak terhingga, langsung deh keok. Alasannya sederhana aja, penonton udah males nonton karena ceritanya emang udah ga jelas. Udah ngelantur kemana-mana dan terkesan dibuat buat. Penuh intrik dan penderitaan tak berkesudahan, persis realita penduduk Indonesia. Kita nonton drama kan pengen dapet hiburan, bukan gambaran semu yang aneh bin ajaib. Cobalah sinetron kita ga pake acara dipanjang-panjangin, pasti booming.
Jadiiii... Yang penting itu bukan cuma tampang doang, bung! Cerita dan jumlah episode juga sangat membantu. Biarpun sinetron kita bertabur bintang cakep, kalo ceritanya ga jelas, ga dilirik juga. Makanya, drama korea atau jepang bisa mencuri perhatian masyarakat. Jangan salahkan kimbum, rain ato lee minho kalo mereka cakep juga. hahahaahaha..
Anyway, kita masih hebat juga kok. Tayangan di tv kita masih ada yang bermutu dan film yang tayang di bioskop juga masih oke.
1. Yang menyentuh hati itu pasti booming, tapi sayang kadang tak berarti rating
Tengoklah acara upin ipin yg lagi heboh itu. Setelah melihat ponakan sendiri cinta mati ma upin ipin, akhirnya niat juga nonton itu program. Ternyata bagus! pesan moralnya ada dan ide nya sangat kreatif. Itu yang disebut drama multikultural ketika tokoh-tokoh di dalamnya diceritakan berasal dari etnis yang berbeda. Kita punya??? Jelas ada!! Kita punya kok tontonan bermutu macam upin ipin. Tengoklah Kick Andy, Bolang, ato si Unyil. Beruntunglah ketiganya masih menyambangi layar kita. Jadi kita masih ada tontonan yang menghibur di kala semua sinetron kita lagi ga bener.
2. Sinetron boleh keok, tapi film Indonesia sangat berjaya!
Pas pulang ke solo, kaget ngeliat layar bioskop disini nyatanya diisi oleh film Indonesia. Tidak hanya di satu layar, tapi hampir di semua layar. Sebutlah kemarin itu ada Sang Pencerah dan Laskar Merah Putih. Sebelumnya, ada Laskar Pelangi, Merah Putih, Garuda di Dadaku, Emak ingin Naik Haji, Naga Bonar (jadi) 2, Ayat-ayat Cinta, dan masih banyak lagi. Hebat kan kita?? Kalau dilihat, emang ada yang cakep gitu maen disitu? Yah, di pelem Merah Putih emang iya. Tapi lainnya? Mereka menang di alur cerita yang bagus dan membumi.
Ada perasaan senang dan bangga melihat film anak negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga sinetron kita juga begitu dan tidak melulu menyalahkan mereka si artis luar yang bertampang oke sebagai kambing hitam kemerosotan kualitas sinetron kita. Ayo, bikin sinetron yang sederhana dan menyentuh. Kayak si Doel jamannya masih ada Benyamin atau Keluarga Cemara, atau Losmen-nya Pak Broto. Aku rindu sinetron-sinetron itu...
Sunday, October 17, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment