Tuesday, October 26, 2010

Bangsaku yang Pemaaf dan Pelupa

"Forgiven but Not Forgotten"

Kata-kata "bijaksana" diatas, bila diartikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar bisa jadi berbunyi "kau kumaafkan tapi kesalahanmu takkan kulupakan". Dan sepertinya kebanyakan dari kita benar-benar mencamkan hal itu. Kalau ada orang yang pernah berbuat salah, pasti kita akan mengingatnya walaupun diri kita memaafkan orang itu. Kalau kata orang, buat jaga-jaga supaya orang itu ga bikin kita sebel lagi. Hayo..siapa diantara kita yang berprinsip demikian?? *malu-malu unjuk tangan sendiri*.

Tapi rupayanya, pemahaman itu hanya bersifat individual. Hanya dipraktekkan oleh pribadi-pribadi tertentu. Tidak pernah diterapkan secara kolektif, paling tidak oleh bangsaku ini, Indonesia. Maksudnya????

Mari kita tengok beberapa kasus berikut..

1. Kasus Susno Duadji yang jadi musuh publik saat pertempuran dengan Bibit - Chandra babak 1 berlangsung. Saat itu ia jadi musuh bersama publik. Tapi keadaan berubah total ketika babak ke2 berlangsung dimana Susno malah seolah jadi korban kepolisian. Publik berpihak padanya. hhhhmmm....

2. Oh Pak Harto.. siapa ya yang mengusulkan (alm) Pak Harto menjadi pahlawan nasional? Sudah lupakah kita akan apa yang kita sendiri lakukan satu dekade lalu??

3. Lumpur Lapindo masih mencuat ke muka bumi dan Abu Rizal Bakri masih melenggang menjadi pejabat negeri tercinta. Ini kenapa ya??

4. Sudah lupakah kita betapa dulu kita mendukung Bibit dan Chandra? Kemana dukungan itu sekarang mereka sudah diturunkan dan kasusnya akan segera diproses? Mungkin kita sedang sibuk dengan banjir

5. Banjir oh banjir...macet oh macet.. kata-kata itu sungguh dekat dengan kota Jakarta. Tapi pernahkan kita belajar? Setiap tahun, pelajaran yang kita ambil masih sama dan senada. Sistem drainase yang buruk, jalanan yang tidak sebanding dengan laju pertumbuhan kendaraan, dan ruang publik yang menyempit. Tapi adakah kita belajar? Adakah kita bergerak untuk tidak membeli motor dan mobil? Adakah kita bergerak untuk tidak membuang sampah sembarangan? Adakah pemerintah tergerak untuk membersihkan sampah yang selalu tampak jelas? Begitu musim berganti kemarau dan tidak ada air yang masuk ke rumah, kita semua lupa.

Iya.. kita semua lupa. Lupa oleh permasalahan lama yang tidak pernah selesai. Lupa bahwa tugas kita belum selesai. Atau sengaja lupakah kita? Atau memang kita terlena untuk diajak lupa saja?

Lupa memang penyakit manusia kok. Bagian tidak terpisahkan dari manusia. Bukan manusia namanya kalau tidak lupa. Tapi maukah kelupaan kita akan hal penting dan kealpaan kita itu terus menerus membuat kita menderita di masa mendatang? Ambil contoh banjir, kenikmatan hidup tanpa banjir hanya 6 bulan, tapi kealpaan kita untuk membereskan masalah banjir itu membuat kita sengsara 6 bulan kemudian. Bila kita terus menerus lupa, bukankah kita akan terus menderita? Kita seperti di lingkaran setan yang tidak pernah berujung pangkal dan berakhir.

Bangsaku yang sungguh pemaaf.. dan juga pelupa.

Yuk.. kita jangan jadi bangsa yang pelupa. Kita boleh jadi bangsa yang pemaaf karena memaafkan itu menunjukkan kita berbesar hati. Tapi jangan lupa.. Itu awal dari segala bencana. Bila kita tahu sistem drainase kita buruk, bahwa mobil sudah terlalu banyak, bahwa lapindo harus terus diurus, atau kasus century harus terus diusut, mari jangan lupa dan terbelokkan.

Mari membangun sistem drainase yang baik. Mari sisingkan lengan dan berjuang untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mari kita menjadi media yang baik dan menyiarkan hal yang sebenernya, sesuatu yang tidak membuat kita lupa akan kesalahan masa lalu. Kalau memang membuat subway tidak dimungkinkan untuk mengatasi kemacetan (beneran ga mungkin ya?), bisa kan kita ga naik mobil pribadi terus? atau ada yang tergerak untuk membuat trotar dan memfungsikannya dengan baik?

Kalau kita sebagai individu bisa menjadi orang yang pemaaf tapi tidak pelupa, kenapa sebagai bangsa kita tidak bisa? Ayo!!

0 comments:

Post a Comment