Tuesday, January 18, 2011

Jujur

Akhir-akhir ini jadi sering merenung. Bukan karena ga ada kerjaan ataupun kurang bahan tontonan drama. Tapi mungkin lebih karena perasaan galau yg memuncak.

Sudah hampir 4 bulan semenjak balik ke indonesia, tak jua lamaran pekerjaan mendapat jawaban yg positif. Yang ada hanya penolakan. Lantas kembali ke kehidupan lama. Bergaul dengan dunia anak lautan. Bergumul dengan dorama, musik dan video. Berkhayal dan bermimpi. Bukannya negatif lho ini. Karena disatu titik di sepanjang kegilaan itu, ada dua lagu yang menolongku mengatasi badai. Badai patah hati dan patah semangat.

Kini saat aku mulai berjalan tegak kembali, aku merasakan dorongan luar biasa untuk kembali jujur. Jujur pada diriku sendiri. Menanyakan apa mauku dan juga keinginanku. Kalau dalam istilah akademis yg diceritakan seorang teman, itu namanua mempraktekkan nlp, neuro linguistic programming.

Sudahlah apapun itu namanya, aku mau jujur. Sekarang dan seterusnya. Agar tenang dan jalan itu terbuka.

Pertama, aku suka beli buku tapi hampir2 aku tak pernah selesai membacanya. Nah, prasyarat utama menjadi seorang peneliti yg baik adalah banyak membaca. Kalau membaca saja aku malas, mungkinkah aku jadi peneliti yg baik? Mungkin karena itu juga, tesisku tak sempurna. Dan ketika kembali menjadi peneliti skrg, aku merasakan hamparan ketidakpuasan dan kehampaan yg menyesakkan.

Kedua, rupanya foto itu hanya sekedar hobi. Aku tak bagus untuk jadi profesional. Ya sudahlah kalau begitu.

Ketiga, aku mau bekerja di pbb ataupun lembaga internasional lainnya. Tapi nyatanya, semua aplikasiku gagal. Begitu juga dengan yg expert staff dpr yg jelas2 sesuai dengan latar belakangku. Aku jujur bingung. Letak kekurangan atau kesalahannya ada dimana. Apa memang takdirku di deplu? Entah lah.. Aku juga tidak tahu.

Keempat, aku mau berkarir di swasta. Tapi tak ada panggilan. Bingung juga..

Kelima, maunya jadi social whore. Apa juga kegiatan sosial diikuti. Mulai dari flp, akademi berbagi, smp kumpul2 brg temen. Semua diiyain. Dengan alasan, bikin social support system. Tapi kok bebannya besar ya. Pulang malam mulu dan keluar duit byk. Dan skrg rasanya udah ampir ga kuat. Mau meledak. Temen dikit ga papa, tapi aku tetep maruk. Yah at least, menyenangkan ada Temen baru dan tawaran baru berkat pelacuran sosial itu.

Keenam, pengen banget bikin buku. Tapi sampai detik ini, satu kalimatpun belum ditulis. Ini beneran ga sih niatnya?! ato emang gw beneran males nulis ya? Bullshit itu alasan ga ada mood atau kurang waktu. Lha wong ada kok mood dan waktunya. Ga ngerti juga kenapa?? Ato emang udah males nulis aja???

Ketujuh, soal kawin. Resah sih ga ketemu jg cowok yg katanya ditakdirkan untukku. Coba dicari2 kok ga ketemu juga. Alhamdulillah nya ketemu Imel, dpt cerita ttg pernikahan yg sepertinya memang tak selalu seindah dongeng. Bersyukur aku jadi single.

Kata kunci, aku harusnya banyak bersyukur dan jujur. Siapa tau kegalauan ini berujung pada sebuah pemahaman baru. Amin

0 comments:

Post a Comment