Friday, February 11, 2011

Celengan sapiku dicuri negara

Kok bisa??

Jadi ceritanya begini.. Beberapa hari lalu, kuputuskan untuk beberes rumah. Di tengah keruwetan bersih-bersih yang diselengi dengan bersin-bersin, ditemukanlah sebuah harta karun terpendam. Apakah gerangan? sebuah celengan bentuk sapi, terbuat dari tanah liat (yang aku yakin dibeli dari sekaten entah tahun kapan) muncul elok di tengah tumpukan baju-baju lama.

Reaksi pertama? kyyyyaaaa... celengan guuuueeee... harta karun terpendam gw! kayaknya bakal kaya mendadak nih, pikirku. Dengan semangat ala demonstran mesir menurunkan Mubarak, kuangkat celengan itu dan kularikan ke kamar ibu dan ayah sambil berteriak-teriak bangga. Niatnya menunjukkan harta karun terpendam itu, dan mungkin nanti akan ada pujian dari orang tua kalo aku rajin menabung. hehehehe...

Tau kah apa reaksi ayah? Dengan santai ayah berkata. "itu celengan dari kapan, nduk?". Dengan masih bersemangat kujawab, "Dari sma ato smp kali ya.. lupa. Yang pasti banyak, berat soale! hehehehe.." Terbayang ku recehan-recehan berjumlah banyak yang bisa kubelikan bermacam-macam hal. Buku ato bulpen warna warni.. atau cap emoticon korea!

Dengan berdebar-debar (lebay!), kupecah itu celengan. Brasa kayak di pelem2 kartun, tiba2 aku terserap dalam lorong gelap setelah melihat isi celengan itu. Koin beraneka rupa dan warna berserakan disitu. ada koin warna tembaga kuning ada yang perak. Ada yang besar, juga ada yang mini. Begitu ngeliat itu, kepikiran cuma satu hal: itu koin masih laku ga ya?

Dimulailah kegiatan memilah-milah koin. Yang koin seratus besar tipis berat. Trus uang 50 en 25 receh (masih laku ini??). Ini yang tembaga putih. Cap TIDAK LAKU langsung ditulis. Barulah pecahan uang 100 yang warna kuning. Kata ayah sih masih laku, tp cuma bisa buat dikasih ke pengamen atau pengemis. haaahh??

Uang 500, yang ternyata dua jenis itu, plus uang logam seribuan dipisah lagi. uang seribuannya masih tebel berat dengan lingkar kuning di bagian luar. Kata ayah, ini bisa buat jajan, nduk. Glek! cuma ini? setelah dihitung dengan cermat dan teliti, gabungan uang 500 dan 1000 itu berjumlah 5500.

Hiks.. celengan gw nilainya cuma 5500 rupiah. Bertahun-tahun menabung dari uang saku, hasilnya cuma 5500. hooowaaa... ini kenapa bisa begini???

Bukannya mencari kambing hitam, ini memang harus dicari sumber persoalannya. Dan ternyata, sumbernya adalah kegemaran pemerintah negara Indonesia tercinta ini untuk menciptakan dan mengedarkan uang baru. Entah tiap berapa tahun sekali, pemerintah mengedarkan uang baru. Uang yang lama entah masih berlaku atau enggak. Semua campur aduk ga jelas. Uang lama dan baru berputar kayak gangsing. Apa ya tujuannya pemerintah menciptakan uang baru tiap saat? biar percetakan uang negara ada proyek ya?

Bukannya mau membandingkan, tapi perasaan dollar AS dari dulu begitu deh rupa dan wujudnya. Uang yen Jepang dan won Korea juga begitu. Ga berubah barang sedikitpun. Pernah sih nerima uang yen lama, dibilangnya masih laku tapi sayang karena itu udah ga beredar.

Aku sadar betul pemerintah paling hobi ganti kebijakan. Ganti pejabat, ganti pemerintahan. Nama SMU berubah jadi SMAN trus berubah balik ke SMU lagi dalam jangka waktu kurang dari 10 tahun. Tapi apa coba tujuannya?? Ga ada manfaatnya kalo cuma perubahan simbol semata. Persoalan mata uang juga sama. Apa sih fungsi dan gunanya merubah-rubah bentuk mata uang sesering kita ganti baju? Bukannya itu justru meresahkan masyarakat ya? Apa gara2 itu juga nilai rupiah kita ga pernah bagus lagi di mata dunia?

Ayuk, cukup dong perubahan ga signifikan ini. Kami merindukan sebuah ketenangan dalam bentuk kesinambungan kebijakan dan bentuk mata uang. Biar tabungan dan pikiran kami tidak terkuras untuk memikirkan polah pemerintah yang lama kelamaan makin tidak masuk akal.

Pemerintah, ga mau kan kalau ada anak kecil nangis di depan istana negara trus bilang"celengan sapiku dicuri pak presiden", sambil guling2? Saya akan ikutan guling2 karena saya juga korbannya.

Celengan sapiku dicuri negara, ibu.. Kemana lagi harus kucari??

0 comments:

Post a Comment