Sunday, June 20, 2010

Catatan kecil untuk ayahku

Untuk Ayah tersayang,

Ayah, musim bola sudah tiba. Piala dunia! biasaya, ayah, aku dan adek mulai bertaruh siapa yang menang. Ayah pasti milih Belanda, mentang2 dulu pernah tinggal disana. Adek dengan entengnya milih Brazil. Aku, selalu tergantung, mentok ya Italia atau Spanyol. Adek selalu mengejekku dengan pilihan itu, katanya milihnya bukan atas dasar skill, tapi wajah rupawan. Tapi engkau Ayah, selalu hanya tertawa kalau persaingan bola ini terjadi di rumah.

Tertawa Ayah itu..

Aku jadi teringat sebuah cerita soal matahari. Matahari sepertinya selalu ditakdirkan untuk sendiri. Alangkah malangnya si matahari ketika suatu hari dia jatuh cinta setengah mati. Si matahari pasti akan mengharap dirinya bisa dekat dengan sang pujaan hati. Namun takdir tidak dapat ditolak, si matahari tidak mungkin bisa mendekat. Kalau ia mendekat, maka ia akan membakar sang cinta dengan sinarnya. Sadar akan hal itu, si matahari memilih untuk menjaga jarak. Menempatkan dirinya di titik terjauh orbit. Karena hanya dengan itu, ia bisa mencintai. Berada di titik terjauh agar sinarnya tidak membakar, tapi cukup untuk memberi kehangatan. Kehangatan yang membawa kehidupan dan keceriaan.

Ayah, engkaulah matahari itu.. Pemberi nafas kehidupan dan keceriaan dalam hidupku. Kau layaknya menjaga jarak dengan tidak pernah marah padaku. Tapi kau tahu kapan untuk menasehati dan memberiku teladan. Kapan untuk mengajakku bercanda atau sekedar taruhan bola.

Ayah, semoga Tuhan mencintaimu jauh lebih dari aku mencintaimu


daddy's little girl

0 comments:

Post a Comment